SultanAgeng Tirtayasa (Banten, 1631 - 1683) adalah putra Sultan Abdul Ma'ali Ahmad dan Ratu Martakusuma yang menjadi Sultan Banten periode 1640-1650. Ketika kecil, ia bergelar Pangeran Surya.Ketika ayahnya wafat, ia diangkat menjadi Sultan Muda yang bergelar Pangeran Ratu atau Pangeran Dipati.Setelah kakeknya meninggal dunia, ia diangkat sebagai sultan dengan gelar Sultan Abdul Fathi Abdul
News Sultan Ageng Tirtayasa putra Sultan Abdul Maali Ahmad dan Rau Martakusuma. Sultan Ageng Tirtayasa menjadi Sultan Banten periode 1640-1650. Pebriansyah Ariefana Jum'at, 05 Maret 2021 0905 WIB Sultan Ageng Tirtayasa - Banten tidak terlepas dari sosok Sultan Ageng Tirtayasa. Sultan Ageng Tirtayasa adalah sultan Banten. Sultan Ageng Tirtayasa putra Sultan Abdul Ma’ali Ahmad dan Rau Martakusuma. Sultan Ageng Tirtayasa menjadi Sultan Banten periode 1640-1650. Seperti dilansir situs Pemprov Banten, ketika kecil Sultan Ageng Tirtayasa bergelar Pangeran Surya. Ketika ayahnya wafat, ia diangat menjadi Sultan Muda bergelar Pangeran Rau atau Pangeran Dipati. Setelah kakeknya meninggal dunia, ia diangkat sebagai sultan dengan gelar Sultan Abdul Fathi Abdul Fattah. Baca JugaBupati Serang Ratu Tatu Chasanah Positif COVID-19 Nama Sultan Ageng Tirtayasa berasal ketika ia mendirikan keraton baru di dusun Tirtayasa terletak di Kabupaten Serang. Ia dimakamkan di Mesjid Banten. Sultan Ageng Tirtayasa berkuasa di Kesultanan Banten pada periode 1651-1683, ia memimpin banyak perlawanan terhadap Belanda. Masa itu, VOC menerapkan perjanjian monopoli perdagangan yang merugikan Kesultanan Banten. Kemudian Sultan menolak perjanjian ini dan menjadikan Banten sebagai pelabuhan terbuka. Saat itu Sultan Ageng Tirtayasa ingin mewujudkan Banten sebagai kerajaan islam bidang ekonomi, ia berusaha meningkatkan kesejahteraan rakyat dengan membuka sawah-sawah baru dan mengembangkan irigasi. Dibidang Keagamaan, ia mengangkat Syekh Yusuf sebagai mufti kerajaan dan penasehat Sultan. Baca JugaJokowi Singgung Sosok Syekh Nawawi Al Bantani di Untirta Banten, Siapa Dia? Ketikaterjadi sengketa antara kedua putranya, Sultan Haji dan Pangeran Purbaya, Belanda ikut campur dengan sekutu dengan Sultan Haji untuk menyingkirkan Sultan Ageng Tirtayasa. Berita Terkait Melalui artikel ini, menyuguhkan rekomendasi libur sekolah di Tangerang, Banten bertema "Liburan di Luar Angkasa" untuk anak berusia 5-12 tahun. banten 0652 WIB Bagimana tidak, bau busuk yang awalnya diduga berasal dari bangkai hewan, ternyata merupakan bau busuk mayat tanpa identitas. banten 2243 WIB Sebelum menjadi driver ojek online ojol ternyata Teteh Yani, ojol cantik asal Bandung denpasar 0852 WIB Wenny pun menyambut baik putusan MA tersebut. Sebagai tidak lanjut putusan itu, Ferry Aswan, kuasa hukum Wenny, mengatakan pihaknya menuntut nafkah kepada Rezky Aditya sebesar Rp 7,5 miliar. serang 2147 WIB Ferry menuturkan langkah hukum yang pihaknya tempuh bisa dibatalkan jika Rezky ada iktikad baik untuk berdamai dan mengakui bahwa Kekey merupakan anak biologisnya. serang 2121 WIB News Terkini 13 SMA terbaik di Kota Tangerang Selatan, Banten ini masuk dalam top sekolah tahun 2022 berdasarkan nilai Ujian Tulis Berbasis Komputer UTBK. News 2038 WIB Dari 7 SMA terbaik di Kabupaten Tangerang, Banten yang masuk top 1000 sekolah ternyata hanya ada satu sekolah negeri yang masuk daftar tersebut. News 0715 WIB Kegiatan ini diyakini dapat memberi kesempatan bagi para pegolf junior untuk bersinar. News 1930 WIB Ganjar yang didampingi oleh Ketua DPP PDIP Ahmad Basarah diterima Abuya Muhtadi di kediamannya. News 1725 WIB Ade Sumardi menyebut kehadiran Ganjar Pranowo dilakukan untuk konsolidasi partai hingga bertemu jawara, milenial, ulama hingga tokoh-tokoh Banten. News 0727 WIB Dalam kunjungan tersebut Ganjar Pranowo sempat menyinggung soal suara PDIP di Banten keok dan meminta para kader bangkit pada Pemilu 2024 mendatang. News 0715 WIB Dalam video tersebut, terdapat dua anak di bawah umur, namun Kepala Desa Ranca Buaya, Supandi, membantah terjad adegan tindak susila. News 2314 WIB Video syur mirip Rebecca Klopper itu awalnya tersebar melalui Twitter. Karena video syur 47 detik itu hastag Becca bahkan sempat menjadi trending Twitter. News 1555 WIB Kades Katulisan korupsi dana desa sebesar Rp499 juta dan uangnya bahkan kabarnya digunakan untuk membeli baju hingga skincare. News 1438 WIB Kades Katulisan ditahan setelah ditetapkan sebagai tersangka terkait dugaan penyelewengan dana desa tahun 2020-2021 senilai Rp2,3 miliar. News 1418 WIB VHM dijemput paksa Tim Penyidik Kejati Banten pada Senin 22/5/2023 malam dari sebuah rumah di daerah Tangerang Selatan Tangsel, Banten. News 1629 WIB Hal ini juga menjadi komitmen kami dalam mendukung pencapaian target NZE. News 1600 WIB Perseroan pun optimis pada tahun ini dapat mencatatkan kinerja lebih baik dibandingkan dengan tahun lalu. News 2127 WIB Per kuartal I-2023, BRI mencatatkan dana kelolaan AUM tumbuh sebesar 19,96%. News 1430 WIB Inara pun turut membeberkan permasalahan keluarganya, salah satunya perihal restu yang tak ia kantongi dari keluarga saat ingin menikah dengan Virgoun. News 2202 WIB Tampilkan lebih banyak
SultanAgeng Tirtayasa lahir di Banten pada tahun 1631, beliau adalah putra Sultan Abdul Ma'ali Ahmad dan Ratu Martakusuma yang menjadi Sultan Banten periode 1640 hingga 1650. Beliau berjuang menentang belanda dan VOC, selain itu terkenal juga karena kepiawaiannya dalam mengurus kerajaan beserta rakyatnya seperti dalam urusan kepemerintahan
- Kesultanan Banten berhasil mencapai puncak kejayaan di bawah pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa 1651-1683. Bersamaan dengan itu, sedang terjadi konflik internal kerajaan dalam Kesultanan Banten. Konflik internal kerajaan terjadi antara Sultan Ageng Tirtayasa dengan sang putra, Sultan konflik itu adalah upaya Sultan Haji yang ingin merebut kekuasaan sang ayah dengan cara bersekongkol bersama VOC. Pada akhirnya, Sultan Haji berhasil mendapat keinginannya, yaitu naik takhta Kesultanan Banten menggantikan kedudukan sang ayah. Lantas, pelajaran apa yang dapat dipetik dari konflik antara Sultan Ageng Tirtayasa dan Sultan Haji? Baca juga Konflik antara Sultan Ageng Tirtayasa dan Sultan Haji Keserakahan Hikmah dari konflik Sultan Ageng Tirtayasa dan Sultan Haji yang dapat diambil adalah bahwa kehancuran sebuah kerajaan di Indonesia dapat juga disebabkan karena keserakahan dan ambisi keluarga kerajaan itu sendiri. Keserakahan ini dapat dilihat dari bagaimana Sultan Haji ingin merebut kekuasaan ayahnya, Sultan Ageng Tirtayasa sebagai pemimpin Kesultanan Banten. Demi menggapai keinginannya tersebut, Sultan Haji memilih untuk bersekutu dengan VOC atau Kongsi Dagang Hindia Belanda. Padahal, Sultan Ageng Tirtayasa sangat menentang keras kependudukan VOC di Nusantara. Pada 1652, Sultan Ageng Tirtayasa mengirim pasukannya untuk menyerang VOC di Jakarta, yang berujung pertempuran antara Kesultanan Banten dengan Belanda. Guna melindungi kerajaan, Sultan Ageng Tirtayasa yang awalnya masih berpihak pada Kesultanan Banten melakukan sabotase dan merusak kebun tebu serta pabrik-pabrik penggilingan VOC pada 1656. Tidak hanya itu, pasukan Kesultanan Banten juga membakar kampung-kampung yang dijadikan sebagai tempat pertahanan Belanda. Berkat jerih payahnya, sejumlah kapal VOC dan beberapa pos penting pun berhasil dikuasai oleh Sultan Ageng upaya Sultan Ageng Tirtayasa untuk mengalahkan VOC kurang disetujui oleh sang putra, Sultan Haji. Belanda yang mengetahui hal ini pun mencoba menghasut Sultan Haji demi membantu mereka menghancurkan Kesultanan Banten. Pada saat itu, Sultan Ageng Tirtayasa sedang pergi ke luar negeri mengurus kepentingan kerajaan, sehingga Sultan Haji dipercaya untuk mengurus Kesultanan Banten. Karena termakan hasutan Belanda, Sultan Haji menuding bahwa pembagian tugas yang diberikan sang ayah hanyalah sebuah upaya untuk menyingkirkannya dari takhta kesultanan. Akibatnya, Sultan Haji memutuskan bekerja sama dengan VOC dan menjadi musuh ayahnya sendiri. Baca juga Alasan Sultan Ageng Tirtayasa Melakukan Perlawanan terhadap VOC Melakukan taktik adu domba Dalam peristiwa ini, sebetulnya Belanda hanya memiliki kekuatan yang terbilang sedikit. Oleh sebab itu, Belanda memanfaatkan kesempatan dengan menggunakan strategi perundingan atau hasutan kepada para penguasa Nusantara yang mudah dipengaruhi, termasuk Sultan Haji. Taktik Belanda ini disebut sebagai devide et impera atau taktik adu domba yang tujuannya untuk memecah belah keluarga kerajaan. Setelah Sultan Haji melakukan perjanjian bersama VOC, pertempuran sengit antara ayah dan putra ini dimulai. Meskipun Sultan Ageng Tirtayasa harus melawan putranya sendiri, dia tidak melemah dan tetap melakukan perlawanan besar. Namun, pada akhirnya, Sultan Ageng Tirtayasa berhasil ditangkap oleh VOC dan dipenjara di Batavia sampai meninggal dunia pada 1692. Dengan ditangkapnya Sultan Ageng Tirtayasa, maka Sultan Haji naik takhta sebagai pemimpin Kesultanan Banten. Sultan Haji berkuasa sejak 1683 hingga 1687. Referensi Amarseto, Binuko. 2017. Ensiklopedia Kerajaan Islam di Indonesia. Yogyakarta Relasi Inti Media. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram " News Update", caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
SultanAgeng Tirtayasa memimpin banyak perlawanan terhadap Belanda. 9252016 Perlawanan Sultan Ageng Tirtayasa 1651 1683 Doni Setyawan September 25 2016 Perjuangan Bangsa Indonesia Tidak ada Komentar. Markas besar Sultan Ageng Tirtayasa dipusatkandi Margasana yang dipercayakan kepada Pangeran Suriadiwangsa dengan kekuatan sekitar 800 orang. - Sultan Ageng Tirtayasa merupakan pahlawan nasional Indonesia yang pernah menjadi penguasa Kerajaan Banten periode 1651-1682. Pada masa pemerintahannya, Kerajaan Banten mencapai puncak kejayaan dan kerap melawan kekuasaan VOC yang ingin melakukan monopoli di bidang perdagangan. Namun, perjuangan Sultan Ageng Tirtayasa harus terhenti karena pengkhianatan putranya sendiri yang bernama Sultan ini sejarah perjuangan Sultan Ageng Tirtayasa. Baca juga Konflik antara Sultan Ageng Tirtayasa dan Sultan Haji Perjuangan Sultan Ageng Tirtayasa Gelar Sultan Ageng Tirtayasa saat naik takhta pada 1651 adalah Sultan Abdulfath. Di bawah pimpinannya, Kerajaan Banten mencapai puncaknya dalam bidang politik, ekonomi, perdagangan, keagamaan, dan kebudayaan. Dalam bidang politik, Kerajaan Banten terus-menerus melawan kolonialisme VOC, baik di darat ataupun melalui laut. Sejak sebelum Sultan Ageng Tirtayasa berkuasa, Belanda selalu berusaha menghalang-halangi perkembangan perdagangan Banten yang dikhawatirkan merugikan perdagangan VOC di Batavia Jakarta. Berbeda dari penguasa Banten sebelum-sebelumnya, Sultan Ageng Tirtayasa sangat membenci VOC dan tidak mau tinggal diam menyaksikan kelicikan bangsa penjajah. Baca juga Alasan Sultan Ageng Tirtayasa Melakukan Perlawanan terhadap VOC Salah satu bentuk perjuangan Sultan Ageng Tirtayasa adalah melakukan penyerangan dengan sistem gerilya terhadap Batavia lewat darat, dan serangan-serangan kecil melalui laut. Pada 1656, dua kapal VOC berhasil rampas oleh pihak Banten dan dilakukan pula perusakan terhadap perkebunan-perkebunan tebu Belanda. Sultan Ageng Tirtayasa juga menolak menerima utusan Belanda. Kondisi itu membuat Belanda gerah dan memblokade pelabuhan Banten untuk merugikan perdagangan kerajaan. Salah satu pertempuran melawan VOC yang terkenal pada masa Sultan Ageng Tirtayasa adalah peperangan di daerah Angke-Tangerang 1658-1659. Peperangan itu diakhiri dengan perjanjian 12 pasal yang disepakati pada 10 Juli 1659. Salah satu isi perjanjian tersebut menyatakan bahwa Banten tidak lagi bisa mengadakan perdagangan dengan Maluku. Akan tetapi, Belanda bersedia membayar kerugian-kerugian yang diderita juga Sultan Ageng Tirtayasa Asal-usul, Peran, dan Perjuangan Setelah perjanjian ini, sultan memperkuat pertahanannya dengan membangun keraton di Tirtayasa, membuat jalan dari Pontang ke Tirtayasa, dan membuka persawahan di sepanjang jalan tersebut serta mengembangkan permukiman di Tangerang. Selain itu, salah satu kebijakan yang dilakukan oleh Sultan Ageng Tirtayasa di bidang perdagangan internasional adalah memperkuat hubungan dengan pedagang asing. Misalnya para pedagang dari Iran, India, Arab, Inggris, Perancis, Denmark, Jepang, Filipina, China, dan sebagainya. Kemajuan perdagangan Kerajaan Banten pun dicatat dalam harian Belanda Daghregisters, yang menganggap situasi itu sebagai ancaman bagi kedudukan VOC di Batavia. Ketegangan antara Kerajaan Banten dan VOC terus berlangsung selama beberapa tahun berikutnya. Banten berhasil mendesak kedudukan Belanda di Cirebon, Citarum, bahkan Batavia. Saat itu, keadaan perdagangan VOC dapat dibilang menderita, karena Belanda juga sibuk menghadapi perlawanan Trunojoyo di Jawa bagian timur. Baca juga Akibat Campur Tangan Belanda dalam Kerajaan Banten Keadaan mulai berubah pada 1680, ketika pemberontakan Trunojoyo berakhir, sehingga Belanda bisa memusatkan kembali perhatiannya ke Jawa bagian barat, tepatnya ke Banten. Pada 10 November 1681, Sultan Ageng Tirtayasa mengirim utusan diplomatik ke Inggris di bawah pimpinan Tumenggung Naya Wipraya dan Jaya Sedana. Selain itu, demi kepentingan politik kerajaan, Sultan juga menjalin hubungan persahabatan dengan para penguasa daerah, seperti Cirebon, Lampung, Gowa, Ternate, dan Aceh. Strategi-strategi Sultan Ageng Tirtayasa yang dianggap sebagai perlawanan keras itu memicu VOC melakukan politik adu domba. VOC mendekati Sultan Haji, putra Sultan Ageng Tirtayasa, yang saat itu hubungannya tengah merenggang. Siasat VOC pun berhasil, hingga Sultan Haji mau bekerja sama dengan Belanda demi meruntuhkan kekuasaan Sultan Ageng Tirtayasa. Pada 1683, Sultan Ageng Tirtayasa ditangkap dan dipenjara sehingga harus menyerahkan kekuasaannya politik kerajaan kepada Sultan Haji. Berakhirnya perjuangan Sultan Ageng Tirtayasa menjadi tanda berkibarnya kekuasaan VOC di Banten. Referensi Poesponegoro, Marwati Djoened dan Nugroho Notosusanto. 2008. Sejarah Nasional Indonesia III Zaman Pertumbuhan dan Perkembangan Kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia. Jakarta Balai Pustaka. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram " News Update", caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel. BiodataSingkat Sultan Ageng Tirtayasa (1631-1683) Melansir dari laman Dinsos Provinsi Banten, Sultan Ageng Tirtayasa adalah putra Sultan Abdul Ma'ali Ahmad dan Rau Martakusuma. Baca juga: Sri Susuhunan Pakubuwono IV: Biografi dan Kiprahnya. Ada beberapa gelar yang didapatkannya, seperti semasa kecil ia bergelar Pangeran Surya. 403 ERROR Request blocked. We can't connect to the server for this app or website at this time. There might be too much traffic or a configuration error. Try again later, or contact the app or website owner. If you provide content to customers through CloudFront, you can find steps to troubleshoot and help prevent this error by reviewing the CloudFront documentation. Generated by cloudfront CloudFront Request ID wNc28wVebD8_hPOxy4u-HK8OFKbHTg-LClNj3x5xIYjbyAOTmtVrhA== SultanAbdul Mufakir mulai berkuasa penuh dari Tahun 1624 s/d Tahun 1651 dengan R amanggala sebagai Patih dan Penasehat Utamanya. Sultan Banten yang ke VI adalah Sultan Abdul Fatah cucu Sultan ke V yang terkenal dengan julukan Sultan Ageng Tirtayasa yang memegang tampuk pemerintahan dari Tahun 1651 sampai dengan 1680 (±selama 30 Tahun).
Biografi dan Profil Lengkap Sultan Ageng Tirtayasa – Sultan Ageng Tirtayasa merupakan sultan Banten ke-6. Sultan Ageng Tirtayasa lahir di Kesultanan Banten pada tahun 1631. Sultan Ageng Tirtayasa dikenal gigih melakukan perlawanan terhadap penjajah Belanda. Perjuangan Sultan Ageng Tirtayasa melawan Belanda di Serang, Banten sehingga beliau diberi gelar Pahlawan Nasional oleh pemerintah Indonesia. Sultan Ageng Tirtayasa meninggal di Batavia, Hindia Belanda tahun 1692 pada sekitar umur 60-61 tahun. Nama Sultan Ageng Tirtayasa Lahir Banten, 1631 Meninggal Jakarta, 1695 Memerintah 1651–1683 Orang Tua Ratu Martakusuma Ibu Abdul Ma’ali Ahmad Ayah Anak Sultan Abu Nashar Abdulqahar Haji dari Banten Pangeran Purbaya Tubagus Abdul Tubagus Rajaputra Tubagus Husaen Tubagus Ingayudadipura Raden Mandaraka Raden Saleh Raden Rum Raden Sugiri Raden Muhammad Tubagus Rajasuta Raden Muhsin Arya Abdulalim Tubagus Muhammad Athif Tubagus Wetan Tubagus Kulon Raden Mesir Biografi Sultan Ageng Tirtayasa Sultan Ageng Tirtayasa merupakan putra dari Sultan Abu al-Ma’ali Ahmad yaitu Sultan Banten periode 1640-1650 dan Ratu Martakusuma. Sultan Ageng Tirtayasa lahir di Kesultanan Banten pada tahun 1631. Nama kecil Sultan Ageng Tirtayasa adalah Abdul Fatah atau Abu al-Fath Abdulfattah. Sejak kecil sebelum diberi gelar Sultan Ageng Tirtayasa, Abdul Fatah diberi gelar Pangeran Surya. Saat ayahnya yaitu Sultan Abu al-Ma’ali Ahmad wafat, Sultan Ageng Tirtayasa diangkat sebagai Sultan Muda dengan gelar Pangeran Dipati. Abdul Fatah atau pangeran Dipati merupakan pewaris tahta kesultanan Banten. Tapi saat ayahnya wafat, Beliau belum menjadi sultan karena kesultanan Banten saat itu kembali dipimpin oleh kakeknya yaitu Sultan Abul Mufakhir Mahmud Abdul Qadir. Menjadi Sultan dan Kesultanan Banten Mengalami Kejayaan Pada tahun 1651, kakeknya Sultan Abul Mufakhir Mahmud Abdul Qadir wafat. Abdul Fatah atau pangeran Dipati lalu naik tahta sebagai Sultan Banten ke 6 dengan nama Sultan Abul Fath Abdul Fattah atau Sultan Ageng Tirtayasa. Sewaktu naik tahta menjadi Sultan Banten, beliau masih sangat muda yaitu pada usia 20 tahun. Sultanb Ageng Tirtayasa sangat menaruh perhatian terhadap perkembangan agama Islam di daerahnya. Ia mendatangkan banyak guru agama dari Arab, Aceh dan daerah lain untuk membina mental para pasukan Kesultanan Banten. Sultan Ageng Tirtayasa juga dikenal sebagai ahli strategi dalam perang. Di bawah kepemimpinan Sultan Ageng Tirtayasa, kesultanan Banten mencapai puncak kejayaan dan kemegahannya. Ia memajukan sistem pertanian dan irigasi baik dan berhasil menyusun armada perangnya. Selain itu, kesultanan Banten juga menjadi memiliki hubungan diplomatik yang kuat antara kesultanan Banten dengan kerajaan lainnya di Indonesia seperti Makassar, Cirebon, Indrapura dan Bangka. Sultan Ageng Tirtayasa juga menjalin hubungan baik dibidang perdagangan, pelayaran dan juga diplomatik dengan negara-negara Eropa seperti Inggris, Turki, Denmark dan Perancis. Hubungan tersebut membuat pelabuhan Banten sangat ramai dikunjungi para pedagang dari Persia, Arab, India, china, melayu serta philipina. Sultan Ageng Tirtayasa sempat membantu Trunojoyo dalam pemberontakan di Mataram. Beliau bahkan membebaskan Pangeran Martawijaya dan Pangeran Kartawijaya yang saat itu ditahan di Mataram karena hubungan baiknya dengan Cirebon. Pada masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa, konflik antara Kesultanan Banten dan Belanda semakin meruncing. Hal tersebut disebabkan karena ikut campurnya Belanda dalam internal kesultanan Banten yang saat itu sedang melakukan pemisahan pemerintahan. Belanda melalui politik adu dombanya Devide et Impera menghasut Sultan Haji Abu Nasr Abdul Kahar melawan Pangeran Arya Purbaya yang merupakan saudaranya sendiri. Sultan Haji mengira bahwa pembagian tugas pemerintahan oleh Sultan Ageng Tirtayasa kepadanya dan saudaranya tersebut merupakan upaya menyingkirkan dirinya dari pewaris tahta kesultanan Banten dan diberikan kepada adiknya, Pangeran Arya Purbaya. Sultan Haji yang didukung oleh VOC Belanda lalu berusaha menyingkirkan Sultan Ageng Tirtayasa. Akhirnya, perang keluarga pun pecah. Pasukan Sultan Ageng Tirtayasa saat itu mengepung pasukan Sultan Haji di daerah Sorosowan Banten. Namun pasukan pimpinan Kapten Tack dan Saint-Martin yang dikirim Belanda datang membantu Sultan Haji. Wafatnya Sultan Ageng Tirtayasa Perang antar keluarga yang berlarut-larut membuat Kesultanan Banten melemah. Akhirnya pada tahun 1683, Sultan Ageng Tirtayasa ditangkap dan dibawa ke Batavia dan dipenjara. Pada tahun 1692, Sultan Ageng Tirtayasa akhirnya wafat. Sultan Ageng Tirtayasa dimakamkan di Kompleks Pemakaman raja-raja Banten di Provinsi Banten. Menjadi Pahlawan Nasional Indonesia Pada tanggal 1 agustus 1970, melalui SK Presiden Republik Indonesia No. 045/TK/Tahun 1970 Pemerintah Indonesia memberikan gelar Pahlawan Nasional kepada Sultan Ageng Tirtayasa. Selain itu, untuk menghargai jasanya, nama Sultan Ageng Tirtayasa diabadikan sebagai nama salah satu universitas di Banten bernama Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Demikian artikel tentang “Biografi dan Profil Lengkap Sultan Ageng Tirtayasa – Pahlawan Nasional Indonesia Dari Banten“, semoga bermanfaat Baca lainnya
SultanAgeng Tirtayasa pun dimakamkan di kompleks pemakaman raja-raja Banten di sebelah utara Masjid Agung. Inilah akhir masa kejayaan Kesultanan Banten yang hancur akibat politik adu domba (devide et impera), sehingga terjadilah perang antar keluarga sendiri yang berlarut-larut. Namun, perlawanan Sultan Ageng Tirtayasa terhadap Belanda
Halo anak Nusantara! Apakah kalian tahu bahwa sebelumnya tentang Kesultanan Banten? Kesultanan Banten adalah salah satu kerajaan Islam yang pernah berdiri di Provinsi Banten. Kesultanan Banten sendiri mengalami masa kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Ageng samping itu, sosok beliau juga terkenal dengan perjuangan melawan penjajah Belanda, bahkan diangkat menjadi salah satu pahlawan nasional Indonesia. Untuk mengetahui lebih lanjut, simak penjelasan Munus berikut Usul Asal Usul Peran Sultan Ageng Tirtayasa Bagi Kejayaan Kesultanan BantenPerjuangan & Politik Adu Domba VOC1. Penyerahan Urusan dalam Negeri Kepada Sultan Haji2. Pertempuran Sultan Ageng Tirtayasa dan Sultan Haji3. Penangkapan Sultan Ageng TirtayasaAkhir Hayat Sultan Ageng Tirtayasa berasal dari Banten, lahir pada tahun 1631 dengan nama kecil Abdul Fatah. Ia adalah putra dari Sultan Abdul Ma’ali Ahmad, sultan Banten ke-5, dan Ratu Martakusuma. Sejak kecil, beliau memiliki gelar Pangeran Surya, tapi setelah kematian Sultan Abdul Ma’ali Ahmad, ayahnya, pada tahun 1650, Ia diangkat menjadi sultan muda dengan gelar Pangeran lama, kakeknya yang bernama Sultan Abul Mafakhir Mahmud Abdulkadir atau dikenal sebagai Sultan Agung meninggal pada tahun 1651, dan Ia diangkat menjadi Sultan Banten ke-6 pada umur 20 tahun dengan gelar Sultan Abdul Fattah Al-Mafaqih. Nama Tirtayasa diambil setelah Ia membangun keraton baru di dusun Tirtayasa, Kabupaten TerkaitPeran Sultan Ageng Tirtayasa Bagi Kejayaan Kesultanan BantenKesultanan Banten sumber MerdekaPeran Sultan Ageng Tirtayasa bagi kesultanan Banten dapat dibilang sangat besar karena kesultanan Banten mengalami masa kejayaan pada masa pemerintahannya. Pada masa pemerintahannya, beliau berusaha untuk memajukan sektor ekonomi masyarakat kesejahteraan dimulai dengan membuat serta meningkatkan persawahan baru dan saluran irigasi yang sekaligus menjadi sarana transportasi. Untuk sektor perdagangan, Ia menjalin hubungan erat dengan pedagang Asia dan Eropa untuk menyaingi VOC di Batavia. Dalam bidang agama, Sultan ke-8 kesultanan Banten ini mengangkat Syekh Yusuf sebagai mufti kerajaan. Syekh Yusuf bertugas untuk menyelesaikan urusan keagamaan dan sebagai penasehat sultan dalam pemerintahan. Beliau juga menjalankan pendidikan agama, baik di lingkungan kesultanan maupun di masyarakat umum melalui pondok garis besar, Peran Sultan Ageng Tirtayasa yaitu membuat saluran irigasi, menjalin hubungan dagang dengan pedagang Asing, dan menjalankan pendidikan Islam di kesultanan Banten. Perjuangan & Politik Adu Domba VOCSelain perannya yang besar di kesultanan Banten, perjuangan Sultan Ageng Tirtayasa tidak kalah besarnya, terutama perjuangan untuk melawan para penjajah. Perlawanan Sultan Ageng Tirtayasa dimulai ketika perjanjian monopoli VOC membuat kerugian terhadap kesultanan Banten. Pasukan Belanda sumber Liputan6Perlawanan berlangsung sengit. Pihak Belanda melakukan blokade terhadap beberapa pelabuhan di Banten karena serangan gerilya yang kerap dilancarkan oleh kesultanan Banten. Hal ini tidak membuatnya gentar. Beliau sempat didesak untuk menandatangani perjanjian damai oleh VOC. Tapi, Ia berani untuk menolak mempersetujui perjanjian tersebut. Perlawanan Sultan Ageng Tirtayasa mulai menyasar pabrik pabrik serta perkebunan milik VOC pada tahun 1656. Para pasukan kesultanan Banten melakukan perlawanan dengan cara sabotase, serta membakar kampung kampung yang menjadi markas pertahanan Belanda. Hal ini membuat Banten memperoleh kapal kapal milik VOC serta pos-pos penting. 1. Penyerahan Urusan dalam Negeri Kepada Sultan HajiSemangat perjuangan Sultan Ageng Tirtayasa tidak disetujui oleh Sultan Haji, anaknya. Hal ini dikarenakan ketika ada sengketa antara Sultan Haji dengan Pangeran Purbaya, Belanda ikut campur dengan menjadi sekutu Sultan Haji. Belanda melakukan strategi ini karena mereka merasa Sultan Haji mudah konflik ini adalah Sultan Haji merasa pembagian tugas yang dilakukan ayahnya adalah upaya untuk menyingkirkannya dari takhta kesultanan sehingga Pangeran Purbaya yang akan mendapatkan tahta karena itu, Sultan Haji bersekongkol dengan Belanda supaya tahta kesultanan tidak diambil oleh Pangeran Purbaya. Belanda tentu senang akan hal ini karena dengan begini semangat perlawanan Sultan Ageng Tirtayasa dapat dipadamkan dan Belanda dapat memonopoli perdagangan di Banten kembali. Sultan Haji melakukan beberapa kesepakatan dengan Belanda, karena tentu pihak Belanda ikut campur dengan imbalan. Pihak Belanda mengajukan empat syarat sebagai berikut Tanah Cirebon harus diserahkan pada kekuasaan VOCHanya VOC yang diizinkan untuk melakukan perdagangan lada di Banten sedangkan pedagang dari negara lain tidak diperbolehkan berjualanJIka melanggar perjanjian tersebut pihak Banten harus membayar ringgitPasukan Banten yang berada di pedalaman daerah Priangan dan daerah garis pantai harus ditarik mundurSultan Haji menyanggupi perjanjian tersebut meskipun terkesan sangat merugikan bagi pihak kesultanan Pertempuran Sultan Ageng Tirtayasa dan Sultan HajiSultan Haji dengan bantuan Belanda dapat menguasai Keraton Surosowan tahun 1681. Keadaan ini tidak berlangsung lama karena Surosowan dapat dikuasai kembali oleh Sultan Ageng Tirtayasa. Pertarungan antara ayah dan anak ini berlangsung sengit. Banyak korban berjatuhan dalam perseteruan ayah dan anak ini 3. Penangkapan Sultan Ageng TirtayasaSultan Ageng Tirtayasa selalu dibujuk untuk menghentikan perlawanan, sampai pada titik dimana sang Sultan kewalahan dan tidak berdaya. Oleh karena keadaan ini, Ia memilih untuk mengasingkan diri ke pedalaman. Sultan Haji mengundang sang ayah untuk datang ke kesultanan, tapi sebenarnya, cara ini adalah salah satu cara untuk menangkapnya. Tahun 1683, Sultan Ageng Tirtayasa ditangkap dan dipaksa menyerahkan tahta kepada Sultan Hayat Patung Sultan Ageng Tirtayasa sumber detik NewsSesudah beliau tertangkap, Ia dibawa ke penjara di Batavia sampai akhir hayatnya. Sultan Ageng Tirtayasa dimakamkan di kompleks pemakaman raja raja Banten yang terletak di sebelah utara Masjid Agung Banten. Pada tanggal 1 Agustus 1970, atas surat keputusan Presiden Republik Indonesia No. 045/TK/Tahun 1970, Ia diangkat menjadi seorang pahlawan nasional Indonesia oleh karena perjuangan nya di tanah juga Raden Wijaya Majapahit Fakta Sejarah, Asal Usul, KisahnyaSultan Ageng Tirtayasa adalah sultan yang berani memberikan perlawanan sengit pada VOC. Ia membuktikan betapa kuatnya tekad dan semangat untuk melawan kezaliman. Kita dapat berkaca dari keberanian dan semangat membara dari beliau sebagai seorang pemimpin. SultanAgeng Tirtayasa dikenal gigih melakukan perlawanan terhadap penjajah Belanda. Pada tahun 1692 Sultan Ageng Tirtayasa Akhirnya wafat. Sultan Ageng Tirtayasa Banten 1631 1683 adalah putra Sultan Abdul Maali Ahmad dan Ratu Martakusuma yang menjadi Sultan Banten periode 1640-1650. Dan dari sekian banyak pemimpin perlawanan di Banten
- Sultan Ageng Tirtayasa merupakan pahlawan nasional Indonesia yang pernah menjadi penguasa Kerajaan Banten periode 1651-1682. Pada masa pemerintahannya, Kerajaan Banten mencapai puncak kejayaan dan kerap melawan kekuasaan VOC yang ingin melakukan monopoli di bidang perdagangan. Namun, perjuangan Sultan Ageng Tirtayasa harus terhenti karena pengkhianatan putranya sendiri yang bernama Sultan ini sejarah perjuangan Sultan Ageng Tirtayasa. Baca juga Konflik antara Sultan Ageng Tirtayasa dan Sultan Haji Perjuangan Sultan Ageng Tirtayasa Gelar Sultan Ageng Tirtayasa saat naik takhta pada 1651 adalah Sultan Abdulfath. Di bawah pimpinannya, Kerajaan Banten mencapai puncaknya dalam bidang politik, ekonomi, perdagangan, keagamaan, dan kebudayaan. Dalam bidang politik, Kerajaan Banten terus-menerus melawan kolonialisme VOC, baik di darat ataupun melalui laut. Sejak sebelum Sultan Ageng Tirtayasa berkuasa, Belanda selalu berusaha menghalang-halangi perkembangan perdagangan Banten yang dikhawatirkan merugikan perdagangan VOC di Batavia Jakarta. Berbeda dari penguasa Banten sebelum-sebelumnya, Sultan Ageng Tirtayasa sangat membenci VOC dan tidak mau tinggal diam menyaksikan kelicikan bangsa penjajah. Baca juga Alasan Sultan Ageng Tirtayasa Melakukan Perlawanan terhadap VOC Salah satu bentuk perjuangan Sultan Ageng Tirtayasa adalah melakukan penyerangan dengan sistem gerilya terhadap Batavia lewat darat, dan serangan-serangan kecil melalui laut.
s6G6XZQ.
  • 96x9o5sqz0.pages.dev/271
  • 96x9o5sqz0.pages.dev/283
  • 96x9o5sqz0.pages.dev/283
  • 96x9o5sqz0.pages.dev/183
  • 96x9o5sqz0.pages.dev/102
  • 96x9o5sqz0.pages.dev/189
  • 96x9o5sqz0.pages.dev/239
  • 96x9o5sqz0.pages.dev/22
  • 96x9o5sqz0.pages.dev/39
  • putra sultan ageng tirtayasa yang bersahabat dengan penjajah belanda adalah